SEPAK BOLA KERTAS

HALLOHAAA

Namaku Ajeng, mahasiswa ngapak dari Purwokerto.

Pernahkah kalian berfikir? Masa kecil lebih indah dari sekarang? Kalo aku ga pernah, tapi sering hehe.

Yang paling membekas dari masa kecilku..

Dulu aku kemana-mana bersama mamasku, setiap pulang sekolah selalu ngeluyur apalagi kalau libur dari terbit matahari sampai sudah gelap baru pulang sampai-sampai bapak & ibu capek marahinya.

Apa aja sih seharian yang aku dan teman-temanku seharian lakukan?.Hobi kita berpetualang hahaha, sepedaan sampai tersesat, ketemu sungai kita turun, sawah udah jadi sahabat kita, kebun, rumah kosong kita jadikan markas, sampai kecemplung lubang lumpur di sawah pun pernah :D

Kalo lagi berhalangan berpetualang kayak bolang, permainan sederhana tapi membahagiakan seperti litongan seperumahan (petak umpet Bahasa normalnya), gatengan, main bola kertas, main kasti,  gobak sodor, layangan, masak-masakan, guru-guruan, sampe main berbie dari kertas yang dibeli di bakul mainan di sekolah. Semuanya seru!

Nah! Now, inyong akan menjelaskan permainan yang selalu mengundang sorak-sorai dan permaianan yang panas yaitu….. dururudumdumdum…. Sepak Bola kertas.

Di perumahanku dulu ga perempuan atau laki-laki mainya campur jadi satu, dan permainan yang udah jarang ditemukan sekarang ini sangat murah, peralatanya hanya kertas. Bisa dimainkan secara individual atau group. Apa aja sih yang harus dilakukan untuk melakukan permainan ini?

1.    Siapkan kertas
Tips: pilih kertas yang ga tipis dan jangan terlalu tebal, kalian tau sampul buku tulis sekolah? Itu terbaik kekuatanya super.
2.    Bentuk kertas
·      Gawang : sekreatifnya kalian
·      Pemain : cukup lipat dua kertas.
3.    Siapkan lawan bermain, jangan sendirian ya ngenes bgt :’)
4.    Siap dinikmati :D
5.    Tegakan keadilan yaa jangan curang mainanya hihi

Nah simple dan menyenangkan kan ya memang tak dipungkiri permainan-permainan seperti sudah mulai tergeser dengan game-game yang ada di generasi gadget seperti sekarang ini, but dekadek kalian juga harus ngrasain asiknya sensasinya bermain dengan teman bukan cuman asik berduan dengan gadget.

*ditulis oleh Rah Ajeng Sekarningtyas, Volunteer Komunitas Anak Bawang

ANEKA PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

Siapa disini yang tidak tahu permainan congklak? Hayoooo ngaku~

Hai hai semuanyaaa!!! J ^_^

Salam HOM PIMPA!!

Kali ini aku mau berbagi cerita sedikit nih…

Diantara kalian pasti sudah tidak asing kan dengan permainan-permainan tradisional seperti congklak, engklek, lompat tali, ular naga, petak umpet, dan sebagainya? Nah disini nanti aku mau ceritain sedikit pengalamanku sewaktu aku memainkan berbagai permainan tradisional tersebut. Sebelum aku mulai cerita, aku mau tanya dulu nih, kalian pernah memainkan permainan apa saja? Lalu permainan apa yang paling kalian senangi?

Dulu sewaktu kecil aku sangat senang untuk bermain beraneka macam permainan tradisional bersama dengan teman-teman di dekat rumahku. Kami biasanya bermain di lapangan ataupun halaman rumah dan biasanya kami bermain tiap sore hari ataupun di hari libur. Permainan yang paling sering aku mainkan sampe sekarang ini yaitu CONGKLAK :D

Siapa disini yang tidak tahu permainan congklak? Hayoooo ngaku~

Tapi aku pikir semua pasti sudah familiar ya dengan permainan yang satu ini. Cara memainkannya pun sangat mudah. Pertama-tama yang perlu kita siapkan yaitu papan congklak dan juga biji congklaknya atau yang biasa dibilang dengan ‘kecik’, tapi dulu pernah juga sih gara-gara keciknya hilang jadi kita pakai kerikil hehe… Kemudian setelah itu, masing-masing lubang yang berukuran kecil diisi dengan kecik sejumlah 7 butir (lubang pada papan congklak ada 16, yaitu 14 lubang kecil dan 2 lubang besar). Kemudian lubang besar yang berada di sebelah kanan pemain itu dianggap menjadi miliknya. Permainan dimulai dengan salah seorang pemain mengambil kecik pada salah satu lubang kecil miliknya kemudian dibagikan satu persatu ke lubang kecil di kanannya dan seterusnya sampai habis. Jika habis di lubang kecil milik sendiri ataupun lawan yang masih terisi, maka bisa mengambil lagi kecik di lubang tersebut dan mengulangi hal yang sama (membagi ke lubang di sebelah kanannya). Jika kecik habis di lubang kecil milik sendiri dan lubang dalam keadaan kosong, maka kita bisa mengambil kecik lawan pada lubang di depan tempat kita berhenti. Jika kecik habis di lubang kecil milik lawan, maka kita tidak dapat apa-apa. Dilakukan berulang-ulang sampai kecik pada lubang kecil habis ^_^

Kemudian permainan lainnya yaitu LOMPAT TALI. Kalian pasti pernah memainkannya kan? Dulu kita sering memakai karet gelang yang dirangkai sebagai talinya. Nah dulu aku paling deg-degan kalau teman-teman mengajak bermain lompat tali hehe.. kenapa? Ya karena aku gabisa mainnya L hehe padahal teman-teman lainnya pada jago-jago :”””) sedih yaaaaa…

Oke next hehe… permainan selanjutnya yaitu PETAK UMPET :D

Permainan ini biasanya dimainkan beramai-ramai. Untuk menentukan siapa yang jaga pertama kali, biasanya dengan cara hom pimpa hehe pada tau kan itu gimana? :D kemudian setelah mendapatkan seorang yang bertugas menjaga sambil tutup mata dan berhitung, teman-teman yang lainnya cepat-cepat bersembunyi di tempat yang dianggap aman. Kemudian si penjaga mulai mencari teman-temannya yang bersembunyi, jika ada yang tertangkap oleh si penjaga maka orang itulah yang akan bergantian menjadi penjaga, jika tidak ada yang tertangkap maka biasanya akan dipilih dengan cara baris di belakang penjaga atau biasa disebut ‘nomeran’.

Permainan yang selanjutnya ini yaitu permainan yang biasanya paling banyak diminati :D hayooo ada yang tahu gak nih permainan apa? :D ULAR NAGA ^_^

Cara bermain ular naga ini sangatlah mudah lho… kita cuma butuh orang yang banyak :p setelah itu kita pilih 2 orang yang bertugas menjadi terowongannya, lalu yang lainnya berbaris dengan memegang bahu atau pinggang teman di depannya, yang paling depan biasa disebut dengan ‘induk’, lalu anak yang berbaris tadi langsung berjalan berurutan melewati bawah terowongan dan mengitarinya sambil menyanyikan sebuah lagu dan saat lagu berhenti 2 orang yang bertugas menjadi terowongan akan menangkap satu anak dari barisan induk tadi. Setelah ada yang tertangkap lalu sang induk menanyakan kepada anak yang tertangkap tersebut ingin memilih pada terowongan yang mana yang akan ia tempati (mengikuti dibelakang salah satu terowongan). Setelah anak tadi menempatkan diri maka permainan akan dilanjutkan lagi dan mereka mulai menyanyikan lagu lagi hingga sang induk kehabisan anak dan akhirnya permainan selesai. Yeayyy~ ^_^

Eh iya nih aku tuliskan lagu ular naga yaaa sebelum kelupaan :p :D *maklum pikun*

Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat itulah yang dicari
Ini dia lah yang terbelakang

Nah ini nih permainan terakhir yang sering aku mainkan :D *akhirnya sampai akhir juga haha*

Ada yang tahu cublak-cublak suweng? Atau kalian pernah memainkannya? Pasti kalian sering memainkan itu kan yaa… jadi cublak-cublak suweng itu bisa kita mainkan dengan jumlah pemain minimal 3 orang dengan yang 1 menjadi Pak Empo, untuk menentukan siapa yang akan jadi Pak Empo dapat kita lakukan dengan cara Hom Pimpa. Setelah mendapatkan yang menjadi Pak Empo, kita semua menempatkan diri dengan duduk melingkar dan Pak Empo ditengah dengan posisi membungkukkan badan dan masing-masing dari pemain lainnya menaruh satu telapak tangan di atas punggung Pak Empo kemudian salah seorang pemain mengambil benda kecil sebagai benda yang nantinya akan disembunyikan di tangan salah satu pemain. Lalu permainan dimulai dengan menyanyikan lagu cublak-cublak suweng sambil memutarkan benda tadi dari satu tangan ke tangan lain di sebelahnya.

Nih buat yang belum tau lagu cublak-cublak suweng, aku kasih gratis :D

Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu katundung gudhel
Pak Empo lera-lere
Sopo ngguyu ndhelikake
Sir-sir pong dhele kopong
Sir-sir pong dhele kopong

Dan pada saat bait terakhir dari lagu, Pak Empo bangun dan menebak benda tadi berada di tangan pemain yang mana, karena tangan semua pemain tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu dan jari telunjuknya di gesek-gesekkan jadi Pak Empo sedikit kesusahan menebak hehe…

Apabila Pak Empo salah menebak maka permainan akan dimulai lagi dari awal, akan tetapi jika Pak Empo dapat menebak dengan benar maka pemain yang tertebak tadi akan bertukar posisi menjadi Pak Empo.


Yeayyy!!! Akhirnya selesai juga nih sedikit ceritaku tentang permainan tradisional ini… maaf ya kalau cuma sedikit hehe… lain kali kalau sedang tidak sibuk pasti aku akan lanjutkan menulis lagi yaaa… semoga bermanfaat J ^_^

*ditulis oleh Betari Ayuningtyas, Volunteer Komunitas Anak Bawang

SEKOTAK KENANGAN

“Sekalipun waktu telah beranjak pergi dan permainan-permainan itu telah membungkam mulutnya. Nilai-nilai yang tumbuh darinya bukanlah sesuatu yang dapat dibunuh mati, bertahan dan berjalan dalam tindak


Hari Minggu. Matahari berjalan pelan ke arah Barat menjemput senja. Pelan-pelan langkah Danar berjalan menuju ke luar rumah. Danar merupakan seorang mahasiswa di sebuah universitas daerah Surakarta. Saat ini ia sedang menikmati masa libur kuliah di kampung halaman, Yogyakarta. Sore hari, dia berencana ke luar rumah untuk melepas penat. Sepeda ontel berwarna coklat ia keluarkan dari garasi.

Duh, bannya kempes.” Keluhnya

Dipompa di tempatnya Candra, Le!” Ibu berteriak dari dalam rumah. Candra adalah tetangga rumah yang mempunyai pompa sepeda.

Inggih, Buk.

Tanpa ragu Danar menuntun si Semar, nama sepeda ontelnya, ke rumah Candra. Lima menit menjelang, dia kini tepat di depan pintu rumah Candra.

Kula nuwun, Candra!” Danar memanggil sembari mengetuk pintu rumah Candra.

Sinten, nggih?” terdengar suara Candra dari dalam rumah.

Danar, Ndro!” teriak Danar.

Owalah, Danar. Kapan pulang dari Solo? Mau pinjem pompa, ya?

Udah dari hari Rabu kemarin. Wah, tau aja, Ndro, hahaha. Udah lama ndak sepedaan, pengin muter-muter kampung.

Oke, bentar aku ambilin pompanya.

Danar memompa ban sepedanya. Setelah selesai, ia berpamitan kepada Candra dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Ia kayuh si Semar sembari menelisir jalan yang dulu sering dilewatinya menuju sekolah bersama teman-teman. Seketika pikiran pulang ke masa lampau.

Nanti kalau udah pulang sekolah ke rumah Pak Sur, yuk. Nekeran!” celoteh Danar kecil kepada teman-temannya, Adi, Desta, Fahnan, Ali, Citra dan Emi.

Ya, nanti aku diampiri, ya!” jawab Fahnan.

Danar ingat, waktu itu ia masih kelas tiga SD. Jarak rumah ke sekolah dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Rumah teman-teman juga tidak terlalu jauh dengan rumahnya, jadi setiap berangkat ke sekolah mereka selalu bersama-sama. Sepanjang jalan menuju sekolah mereka isi dengan membicarakan agenda rutin seusai pulang sekolah nanti, yaitu bermain. Citra dan Emi sibuk membicarakan mainan orang-orangan dari kertas.

Eh, ada orang-orangan baru ndak ya di Bu Asih?” celoteh Emi kepada Citra. Bu Asih adalah penjual mainan anak-anak di SD. Emi dan Citra selalu update orangan-orangan yang terbuat dari kertas beserta segala jenis baju dan perlengkapannya.

Sementara Danar kecil dan yang lain memperbincangkan neker dan pong-pongan. Neker adalah sebutan lain dari kelereng, sedangkan pong-pongan adalah binatang kepompong yang seringkali ditemukan di pantai. Dulu ada beberapa jenis permainan kelereng, ada yang dengan lubang dan yang satunya dengan garis. Biasanya anak-anak lebih sering memainkan kelereng dengan membuat lubang karena lebih mudah dimainkan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Salah satu dari teman-temannya ada yang membuat lubang kecil, setelah lubangnya jadi, mereka membuat garis star dengan jarak lima langkah dari lubang. Permainan dapat dimainkan oleh banyak pemain. Pemain bersiap di belakang garis dengan membawa kelereng masing-masing. Kelereng dilempar menuju lubang. Sasaran utama adalah kelereng masuk ke lubang. Pemain yang kelerengnya masuk ke dalam lubang, ia berhak bermain pertama kali dan membidik kelereng lawan. Kelereng yang terbidik dinyatakan mati, dan kelereng yang dapat bertahan paling akhir ialah yang menjadi pemenang. Jika kelereng tidak ada yang masuk ke lubang, pemain yang pertama kali main adalah ia yang kelerengnya terletak paling dekat dengan lubang. Tugas utamanya adalah memasukkan kelereng menuju kelubang dengan cara menyentil kelereng tersebut dengan tangan, begitu juga dengan pemain lainnya. Kemudian, setelah itu baru bisa menyerang kelereng lain. Pemain yang dinyatakan gugur dalam permainan adalah mereka yang terbidik kelereng lawan dan yang kelerengnya masuk lagi ke lubangg untuk ke dua kalinya.

Ada persamaan antara kelereng dengan permainan pong-pongan yaitu sama-sama dengan membuat lubang di tanah dan dapat dimainkan oleh banyak pemain. Lubang tersebut dimasukan air hingga penuh dan diaduk hingga keruh. Kenapa harus keruh? Kekeruhan merupakan rintangan yang harus dilalui pong-pongan dan para pemain tidak mudah menebak serta sabar menunggu kepompong siapa yang muncul pertama di permukaan. Cara bermainnya adalah masing-masing pemain memegang satu pong-pongan dan dimasukkan ke lubang tersebut secara bersama-sama. Pong-pongan yang pertama kali muncul ialah pemenangnya.

Begitulah gambaran permainan Danar kecil.
***
Danar masih mengayuh sepeda pelan. Saat ini ia meleawati rumah Pak Sur. Rumah tersebut sudah kosong sejak lama. Nama pemiliknya adalah almarhumah Pak Sur. Anak-anak sering kali bermain di sana, selain halamannya luas, rumah Pak Sur juga jauh dari rumah lain sehingga ketika bermain di sana suara Danar dan kawan-kawan tidak mengganggu para tetangga yang sedang beristirahat di rumah. Mata Danar masih mencoba mencari-cari ingatan yang tenggelam sejak berpuluh tahun yang lalu. Dia ingat bahwa dulu pernah bermain gul-gulan di sana, kasti, jamuran, pak ekong (petak umpet), dan egrang dengan teman-temannya. Teman-teman Danar kecil beragam, mulai dari kakak kelas, adik kelas, dan tetangga dusun.

Dulu tempat itu selalu ramai setiap sore. Senja tak pernah kesepian dibuatnya. Sekarang, rumah kosong itu semakin terlihat kosong. Sepi. Tidak ada anak-anak bermain di sana. Danar tersenyum tipis sembari memandangi kenangan yang tersemat di dinding-dinding rumah Pak Sur. Kemudian, ia mengayuh sepedanya pulang ke rumah.


“Sekalipun waktu telah beranjak pergi dan permainan-permainan itu telah membungkam mulutnya. Nilai-nilai yang tumbuh darinya bukanlah sesuatu yang dapat dibunuh mati, bertahan dan berjalan dalam tindak.“ kata Danar menutup senja hari ini.

*ditulis oleh Galih Ratna Puri Palupi, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Tuesday 11 October 2016
Posted by Unknown

LAYANG – LAYANG



Ku ambil bulu sebatang…
Ku potong sama panjang…
Ku raut dan ku timbang dengan benang…
Ku jadikan layang-layang…
 
Bermain, berlari, bermain layang-layang…
Bermain ku bawa ke tanah lapang…
Hati gembira dan riang…
 
Ada yang masih ingat dengan lirik lagu di atas?

Ya, lirik lagu diatas menggambarkan betapa menyenangkanya bermain layang-layang. Ketika aku masih kecil. hampir setiap sore aku bermain layang-layang, berkumpul dengan teman-teman, memainkan layang-layang bersama, berlari ke ladang, ke pasar untuk mengejar layang-layang yang putus, sungguh menyenangkan dan teramat sulit dilupakan. Dahulu aku dan teman-teman membuat sendiri laying-layang yang akan kami mainkan, membuatnya cukup mudah. Pertama, kalian harus menyiapkan bambu kering dengan panjang 45 cm atau sesuai dengan selera kalian, kemudian diraut hingga membentuk batang kecil, bentuknya seperti tusuk sate ya bukan tusuk gigi, hehe, cukup membuat dua saja untuk satu buah layang-layang. Kedua, bentuk dua batang bambu menjadi kerangka layang-layang dan ikat menggunakan benang. Ketiga, memasangkan kertas minyak, pada kerangka layang-layang yang sebelumnya sudah dibuat. Keempat, rekatkan kerangka layang-layang dengan kertas minyak menggunakan lem kertas. Terakhir, pasang tali goci pada layang-layang, ada yang tahu apa itu tali goci? Yap, itu lho simpul tali di layang-layang agar layang-layang bisa terbang, kalau di tempat kalian namanya apa?


Layang-layang termasuk permaainan tradisional yang sampai sekarang masih bisa kita jumpai, walaupun sudah tidak sebanyak dahulu. Sekarang, banyak sekali permainan tradisonal yang digantikan oleh permainan modern, seperti game online. Aku bersyukur terlahir di masa dahulu ketika berkumpul dengan teman-teman sambil bermain layang-layang adalah hal yang paling menyenangkan, aku harap anak-anak sekarang dapat merasakan bagaimana asyiknya bermain layang-layang bersama teman-teman.

*ditulis oleh Alwan Ulinnuha, Volunteer Komunitas Anak Bawang 

NOSTALGIA BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL

Saya pun kembali pada ingatan 14 tahun silam dalam kehidupan saya, saat dimana permainan seperti lompat tali, ucing sumput (biasanya dinamakan petak umpet), bebentengan, engklek, congklak, ular naga dan bekel sedang Berjaya

Siapa yang tak kenal gadget, handphone, iphone, dan segala barang modern lainnya di zaman sekarang ini? nah kemarin, (saya mau sedikit bercerita) saya sedang asyik bermain ‘tangan’ di depan layar gadget ketika akhirnya saya menemukan suatu post mengenai komunitas unik yang bergerak di bidang pelestarian permainan tradisional. Keren! (gumam saya). Namanya adalah Komunitas Anak Bawang, lalu dengan segala hasrat ke-kepo-an saya, akhirnya saya dengan khusyuk membaca poster komunitas tersebut, stalker instagram, pun web yang tak lupa saya jamah.

Lalu saya terdiam dan berpikir. . . .

Ternyata akan menyenangkan jika diumur saya yang sudah semakin tua dewasa ini, saya masih bisa bermain permainan tradisional yang biasa saya mainkan dulu ketika hidup saya masih menginjak tahun ke 5. Tentu itu akan menyenangkan, ditambah bermain bersama adik-adik yang lain, tentu akan membuat saya kembali mengenang saat-saat bahagia nan polos itu.

Dan…VOILA! Saya pun kembali pada ingatan 14 tahun silam dalam kehidupan saya, saat dimana permainan seperti lompat tali, ucing sumput (biasanya dinamakan petak umpet), bebentengan, engklek, congklak, ular naga dan bekel sedang Berjaya. Masih Berjaya, saat itu.

Mengenang betapa bahagianya bermain lompat tali yang bisa dimainkan sendiri atau bertiga (yang melompat yang di tengah) melompat-lompat dengan kaki yang lincah untuk menghindari bersentuhan dengan talinya (yang ternyata adalah karet gelang). Namun biasanya, saya lebih ekspert jika bermain lompat tali sendiri, hahaha. Permainan lompat tali ini banyak dimainkan oleh anak perempuan dibandingkan oleh anak lelaki, atau anak lelaki lebih memilih memegang kedua sisi talinya saja. Hmm, kenapa seperti itu ya.. menggemaskan!

Permainan lain adalah petak umpet! Jika di tanah Sunda, permainan ini biasa disebut dengan ucing sumput, jika di jawa di sebut dengan …. Dan berbagai sebutan lain dari daerah lainnya. Permainan petak umpet inilah yang paling fleksibel dimainkan ketika sedang jam istirahat sekolah dasar, hahaha. Sesuai dengan namanya, dalam permainan ini kita harus bisa ngumpet atau bersembunyi di tempat manapun sehingga tidak ketahuan dan menang. Yeay! Permainan yang simple namun berkesan karena dipenuhi dengan suara ‘dor’ dan gelak tawa sesudahnya.

Bebentengan ini adalah permainan menjaga bentengmu dari sentuhan tangan lawan yang berusaha menghancurkan bentengmu, biasanya sebelum lawan berhasil mencapai bentengmu, anggota bentengnya sudah berhasil menangkap dan menyanderanya. Dan kamu harus bisa menyelamatkan anggota bentengmu itu. Dalam permainan ini, anak-anak diajarkan untuk dapat bergerak cepat, gesit, tolong menolong dan peduli terhadap sesama teman. Sungguh permainan yang keren!

Dan permainan terakhir yang bisa dimainkan secara seru dan berbanyak adalah ularnaga, permainan ular naga ini tidak memakai alat permaianan tradisional apapun sama seperti petak umpat dan bebentengan, namun dibutuhkan kelincahan, dalam permainan ular naga ini dibagi menjadi 2 baris yang terdiri dari 2 baris, dan orang yang terdapat di barisn terdepan lah yang harus bisa melindungi ‘anak-anak’ di belakangnya agar tidak direbut oleh tim lawan. Tim yang paling banyak memiliki ‘anak’ adalah tim yang menang. Dan bermain ular naga ini meski cukup melelahkan karena harus berlarian dengan gesit mengikuti barisan, namun akan merasakan gelak tawa dan kekompakan tim yang luar biasa. Patut di coba lagi!

Berbagai permainan tradisional lainnya yang tak bisa dijelaskan di sini juga mempunyai cara bermain dan keseruannya tersendiri.

Lalu dengan mantap saya memutuskan niat…
Saya harus ikut Komunitas Anak Bawang!


Selesai.

*ditulis oleh Tridian Kusumadewi, Volunteer Komunitas Permainan Tradisional

NOSTALGIA BERSAMA BERMAIN PETAK UMPET

Di dalam permainan ini, orang yang terakhir kali disebutkan namanya oleh penjaga dan tidak dapat menyentuh Hong maka dialah yang jaga selanjutnya

Libur sekolah telah tiba! Rere sangat senang sekali menyambut liburan sekolah kali ini. Karena ia ingin berkunjung ke rumah neneknya yang berada di Bandung sekaligus bertemu teman-teman lamanya di sana. Malam ini ia segera mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk menginap selama seminggu dan esok pagi ia harus berangkat ke Bandung bersama mama dan ayah.

Pagi harinya, ia segera berangkat ke rumah neneknya. Di perjalanan, Rere sudah menantikan saat-saat ia bertemu dan bermain bersama dengan teman-temannya. Siang harinya, Rere tiba di rumah nenek dan ternyata beberapa teman Rere ikut menyambutnya di rumah sang nenek. Mereka langsung berpelukan karena sudah hampir dua tahun tidak bertemu. Sekarang Rere dan teman-temannya menginjak bangku kelas 5 sekolah dasar, sehingga tentunya banyak terjadi perubahan di diri mereka. Setelah saling bertemu dan bertegur sapa, Rere, Nisa, dan Dila diajak makan siang bersama di rumah nenek. Sembari makan, mereka asyik bercerita tentang kehidupan mereka di sekolah. Selesai makan siang, Nisa dan Dila mengajak Rere bermain permainan yang sering mereka lakukan sewaktu masih kecil, yaitu bermain petak umpet. Sampai saat ini, petak umpet menjadi salah satu permainan tradisional yang mereka gemari. Selain itu, permainan petak umpet juga sudah jarang dimainkan oleh banyak orang karena tergantikan dengan permainan modern yang lainnya. Jadi hitung-hitung mereka bernostalgia bersama, merasakan kebahagiaannya dalam memainkan permainan ini dengan cara mencari teman yang sedang mengumpat dan dulu-duluan untuk memegang tempat yang disebut dengan “Hong”, serta mereka juga dapat berolahraga karena harus berlari dalam hitungan waktu mencari tempat persembunyian yang berbeda dengan temannya.

Rere pun menyetujui tawaran yang diberikan oleh Nisa dan Dila. Kemudian mereka juga tak lupa untuk mengajak main beberapa teman lainnya agar lebih seru dan sulit tingkatannya karena satu orang yang jaga akan mencari beberapa orang untuk ditemukan. Akhirnya mereka dapat mengajak lima orang teman lainnya, jadi total mereka adalah delapan orang. Untuk menentukan siapa orang yang jaga, mereka melakukan hompimpa. Ternyata dua orang yang tersisa adalah Rere dan Nisa, kemudian mereka suit untuk menentukan siapa yang kalah dan bertugas sebagai orang yang jaga.  Setelah dilakukan tiga kali suit, akhirnya didapatkan orang yang kalah, yaitu Nisa. Ia berjaga di tempat Hong dengan berbalik badan dan menutup mata. Dalam hitungan ke sepuluh, ketujuh orang yang lain sudah harus berpencar mencari tempat persembunyian. Nisa pun bergegas menutup mata, lalu ia mulai berhitung, “7… 8… 9… 10… siap nggak siap aku mulai cari yaa”. Ia pun segera mencari teman-temannya dengan memperhatikan tempat Hong agar tidak keduluan oleh teman-temannya. Setelah beberapa langkah berjalan, ia melihat Lulu dan Asri yang sedang mengumpat di balik tembok rumah orang. Nisa pun segera lari menuju Hong untuk menyebutkan nama Lulu dan Asri. Mereka berdua pun segera lari dari persembunyian untuk balapan dengan Nisa menuju Hong. Namun Nisa berhasil lebih dulu. Kemudian Nisa mulai mencari kelima orang lainnya. Ia melihat ada Elsa yang bersembunyi di balik mobil, ia langsung berlari ke arah Hong, namun dari arah yang berlawanan ada Dila yang berlari menuju Hong dan lebih dulu menyentuhnya. Nisa hanya bisa menyebutkan nama Elsa saja. Di dalam permainan ini, orang yang terakhir kali disebutkan namanya oleh penjaga dan tidak dapat menyentuh Hong maka dialah yang jaga selanjutnya.

Karena melihat Dila dari arah sebaliknya, maka Nisa memutuskan untuk mencari dari arah sana. Nisa berkata, “Vivi, Rere, Fia… kalian dimana sih? Susah sekali untuk mencari kalian. Ini sudah jauh dari Hong, tapi kalian tidak nampak juga. Sedikit lagi hari mulai gelap, masa aku tidak berhasil menemukan kalian sih?”. Ternyata Vivi, Rere, dan Fia mengumpat di tempat yang berdekatan, yaitu di gang-gang yang bercabang. Di balik persembunyian, mereka terkekeh mendengar teriakan dari Nisa. Ketika Nisa melewati gang tersebut, Rere memberi aba-aba kepada Vivi dan Fia untuk cepat berlari menuju Hong. Mereka bertiga akhirnya keluar dari persembunyian dan dengan seketika Nisa yang melihat mereka bertiga langsung lari menuju Hong. Rere dan Nisa memang cepat dalam berlari. Namun Rere lebih dulu menyentuh Hong, tetapi kedua temannya Vivi dan Fia kurang berhasil dan nama Fia yang disebut belakangan oleh Nisa. Hal ini berarti Fia yang selanjutnya berjaga. Setelah mereka berhasil diketemukan dan berkumpul semua di Hong, mereka semua tertawa karena merasa seru dan sudah lama tidak memainkan permainan ini.


“Rereee, pulang nak sudah mau maghrib nih. Kamu kan belum istirahat.” Tiba-tiba dari rumah neneknya, Ibu Rere memanggil meminta anaknya untuk segera pulang. Kemudian yang lainnya menyetujui, karena mereka belum mandi sore dan tidak baik ketika maghrib mereka berada di luar rumah. “Yah berarti Fia belum kena jaga yaa.. padahal lagi seru-serunya! Fi, kamu harus cobain jadi aku yang jaga dan harus mencari kalian satu-satu, rasanya deg-degan hahaha.” Nisa melanjutkan percakapan. Akhirnya sebelum pulang, mereka semua sepakat untuk bermain kembali keesokan harinya.

*ditulis oleh Ririn Hernawati, Volunteer Komunitas Anak Bawang

KENANGAN MANIS 10 TAHUN YANG LALU

Terimakasih petak umpet, bola bekel, kelereng, dan permainan-permainan lainnya, berkat kalian masa kecil saya penuh warna, canda, dan tawa.

Tepat 10 tahun yang lalu, saat usia saya dan teman-teman saya berkisar 9-11 tahun. Ada momen yang paling kami nantikan dimana saat jam menunjukkan pukul 4 sore, kami berkumpul di halaman rumah teman saya. kami berbaur sekitar 8-10 anak membentuk satu lingkaran dan memulai mantra ajaib kami “hom pim pah alaium gambreng” dan permainan kami dimulai.

Permainan favorit kami adalah petak umpet. Satu orang berjaga sambil berhitung dan yang lainnya berburu tempat untuk bersembunyi. Si penjaga menutup mata sambil berhitung entah hitungan pelan atau cepat, kami punya aturan masing-masing. Saat si penjaga mulai menghitung “siji…loro…” dan seterusnya, kami berlarian mencari tempat persembunyian yang sekiranya tidak diketahui oleh si penjaga. Oiya, kami berasal dari Jawa Tengah, bahasa Jawa sudah menjadi bahasa keseharian kami.

Siapapun yang menjaga pasti akan kewalahan mencari kami. Jangan dikira kami hanya bersembunyi sekitar 10 meter dari si penjaga, kami bisa bersembunyi antar kampung dengan jarak 1 km dari si penjaga, bahkan bisa lebih. Bisa dibayangkan kan bagaimana susahnya menjadi penjaga. Saat kami ketahuan bersembunyi pun kami akan berlari sekuat tenaga agar mencapai tempat penjaga dan bersorak saat kami bisa menyentuh tempat penjaga terlebih dahulu.

Lelah sudah pasti, tapi kami menikmatinya bahkan selalu ada canda tawa di sela-sela permainan kami. Kami belajar berlari dengan cepat, belajar mengatur strategi, dan pastinya mengasyikan. Adzan magrib menjadi penutup permainan kami karena konon saat magrib datang, ada hantu-hantu berkeliaran yang siap menculik anak-anak yang masih bermain. Begitu polosnya, kita pun percaya dengan dongeng tersebut.

Terkadang saya rindu ketika saya mengulang cerita 10 tahun lalu, saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu handphone belum secanggih sekarang, belum ada handphone full layar sentuh seperti sekarang. Permainan kami sepenuhnya berhubungan dengan fisik dan orang lain, mulai dari petak umpet, kelereng, lompat tali, dan sebagainya. Terkadang seharian kami habiskan bermain di lapangan sampai lupa waktunya makan dan mandi. Masa yang menyenangkan, yang selalu menghadirkan tawa saat sekarang kami berkumpul kembali bercerita dan mengulang kenangan kami.


Terimakasih petak umpet, bola bekel, kelereng, dan permainan-permainan lainnya, berkat kalian masa kecil saya penuh warna, canda, dan tawa.

*ditulis oleh Nadya Rizky Farrecha, Volunteer Komunitas Anak Bawang

Kicau Anak Bawang

Powered by Blogger.

Tulisan populer

Tamu Anak Bawang

Copyright © Komunitas Anak Bawang| Desain: Alie Poedjakusuma